Setiap orang dewasa memiliki pengalaman
lebaran yang penuh makna. Ya, saya masih bisa mengingat bagaimana saya
merasakan kegembiraan saat merayakan lebaran. Ada makan yang lezat. Bercengkrama
bersama sanak saudara. Ini adalah memori
masa lalu yang saya yakin tersimpan dengan rapi dalam alam bawah sadar setiap
orang yang merayakan lebaran setiap tahunnya, sehingga hari penuh suka cita
tersebut selalu dinanti dengan penuh kegembiraan.
Dahulu pengalaman ini saya anggap sesuatu yang
biasa. Namun ketika saya beranjak dewasa bahkan menjadi sepuh, keinginan
mengalami pengalaman lebaran yang penuh kebahagiaan semakin besar. Momen tersebut menjadi sangat bermakna. Waktu yang
paling berharga adalah saat bisa berkumpul bersama keluarga. Apalagi dengan
kesibukan saya sebagai pejabat negara waktu bersama keluarga menjadi
sangat langka.
Bagi saya lebaran adalah sesuatu yang indah ketika seolah melahirkan kegembiraan yang sama seperti saat ayah saya memberikan pakaian baru, sepupu saya dari jauh hadir dan kami menghabiskan waktu bermain di pinggir pantai serta pengalaman tak terlupakan mendapatkan hadiah dari sanak saudara. Sesuatu yang telah terjadi puluhan tahun yang lalu, Pengalaman yang kini seolah hadir kembali dalam kesadaran saya bahkan ketika saya telah menjadi ayah atau
kakek.
Itu hal yan dialami jutaan penduduk Indonesia
dan menjadi alasan mengapa mereka bersedia berjuang menghadapi kemacaten,
menembus kepadatan manusia sekedar bisa berkumpul bersama keluarga. Tidak lain merasakan kembali kebahagian itu . Hanya
orang yang tidak mengalami masa kecil yang indah dan pengalaman lebaran yang
membekas yang tidak merasa perlu merayakan hari istimewa ini. Dan inilah
makna sosiologis serta psikologis dan lebaran.
Makna sebenarnya
Namun ketika saya mencoba memahami makna ramadhan dan lebaran dalam arti yang sesungguhnya maka kegembiraan saya menjadi sempurna. Hampir di semua agama besar tradisi puasa dikenal sebagai jalan meraih pengalaman spiritual.
Namun ketika saya mencoba memahami makna ramadhan dan lebaran dalam arti yang sesungguhnya maka kegembiraan saya menjadi sempurna. Hampir di semua agama besar tradisi puasa dikenal sebagai jalan meraih pengalaman spiritual.
Anda tidak bisa bertemu dengan Tuhan yang
sempurna jika kita tidak membersihkan hati kita, pikiran kita, perilaku kita.
Kita harus mampu membebaskan diri kita pada sesuatu yang imanen agar dapat mencapai yang transcendent.
Pengalaman bertemu dengan Tuhan adalah
pengalaman spiritual puncak yang juga dialami para nabi, para tokoh Islam di
masa lalu yang memberikan kekuatan militansi dalam diri mereka.
Jadi beruntunglah jika kita bisa mengalami
bulan suci Ramadhan dimana kita bisa berkontemplasi. Membebaskan diri kita dari
hambatan kedagingan untuk mencapai pengalaman spiritual. Sehingga ketika
merayakan Lebaran maka kita mengalami kemenangan dalam arti sesungguhnya. Kita
menjadi suci ketika telah bertemu dengan
Yang Maha Suci.
Dengan berpuasa kita akan berakhir pada
sebuah titik terlemah. Bukankah dalam kesusahan sebagian besar orang akan
mengingat Tuhan. Saat lemas, lapar dan dahaga manusia kehilangan kekuatan diri yang membuatnya berpaling
pada kekuatan lain, dalam hal ini yang ilahi. Lalu ketika Anda bertemu dengan Tuhan maka saya tidak perlu jelaskan bagaimana kebahagiaan yang seharusnya Anda nikmati.
Jadi saat kita merayakan lebaran, tentu saya
berharap kita menikmati kebahagian secara sosiologis maupun spiritual. Meskipun selalu berulang, namun bulan suci
ramadhan selalu memiliki makna yang istimewa yang membawa kita pada pengalaman
yang unik setiap tahunnya.
Selama merayakan hari kemenangan. (@anwaradnan)
No comments:
Post a Comment