Membangun Daerah, Investasi Saja Tidak Cukup



http://www.banyakbaca.com/wp-content/uploads/2016/06/kota-medan-1024x548.jpg
Banyak orang yang beranggapan dengan menarik investasi ke suatu daerah maka seluruh masalah terselesaikan. Pertumbuhan ekonomi meningkat, kemiskinan berkurang maka masyarakat menjadi sejatera.
Pertanyaannya apakah sesederhana itu?
Menurut saya tidak. Pergerakan capital ke suatu daerah tanpa adanya diikuti pergerakan SDM yang handal tidak akan menciptakan dampak ekonomi yang luas. Ini barangkali tepatnya yang  terjadi saat bantuan pemerintah pusat dialokasikan ke daerah tertinggal namun tidak memberikan dampak ekonomi yang signifikan.
Lalu ketika SDM yang handal kemudian hadir bersamaan d engan pergerakan modal, apakah serta merta akan mendorong kemajuan ekonomi daerah?  Tidak juga. Seperti halnya daerah pertambangan yang tidak serta merta menjadikan daerah maju secara ekonomi.
Ada satu hal yang menurut saya sering dilupakan adalah bagaimana membangun sistem sehingga capital yang ada dan SDM tersebut kemudian secara terus menerus mengakumulasi capital, menciptakan inovasi dan mencetak SDM.

Wahai sobat apakah Anda sudah merdeka?



Wahai sobat apakah Anda sudah merdeka?
Merdeka itu bukan disana tapi di dalam hati Anda
Merdeka itu adalah spirit dalam jiwa Anda

Wahai sobat apakah Anda sudah merdeka?
Merdeka untuk berkerasi
Merdeka untuk menatap masa depan
Merdeka untuk berdiri di atas kaki saya sendiri

Wahai sobat apakah Anda sudah merdeka?
Merdeka atas diri sendiri
Merdeka atas perasaan inferioritas
Merdeka atas kebodohan

Wahai sobat apakah Anda sudah merdeka?
Merdeka untuk  mencinta
Merdeka untuk berempati
Merdekat untuk bertindak produktif

Wahai sobat apakah Anda sudah merdeka?
Merdeka untuk mengeksplorasi diri demi nilai-nilai keutamaan
Merdeka untuk mencintai kemanusia
Merdeka untuk meninggalkan jejak yang bernilai bagi umat manusia

Jika ya
Selamat merayakan hari kemerdekaan Indonesia ke 71

Sekiranya Pabrik Kakao Seperti Sawit, Tidak Ada Krisis Kakao



https://matafajar.files.wordpress.com/2012/04/dsc00770.jpg
Saya sering beradai-andai bagaimana kalau seandainya perusahaan pengolahan kakao dikenakan aturan yang ketat seperti pada perusahaan kelapa sawit. Bagaimana kira-kira dampak akhirnya?
Ketika menyimak salah satu pasal di UU tahun no. 39 tahun 2014 yang menyebutkan jika usaha Pengolahan Hasil Perkebunan harus memenuhi sekurang-kurangnya 20% (dua puluh perseratus) dari keseluruhan bahan baku yang dibutuhkan berasal dari kebun yang diusahakan sendiri. Sayangnya aturan ini hanya berlaku untuk untuk industri kelapa sawit, tebu dan teh.
Saya coba bayangkan jika aturan in diterapkan pada pabrik kakao. Sebut saja sebuah perusahaan memiliki kapasitas produksi hingga 40.000 ton/tahun. Maka dengan hitungan sederhana maka 8.000 ton harus diperoleh dari perkebunannya sendiri. Jika setiap ha bisa diperoleh 1 ton maka perusahaan kakao tersbut harus membangun kebun kakao seluas 8000 ha.  
Apa yang terjadi jika aturan ini diterapkan pada perkebunan kakao?

Menjadikan Desa Seksi Bagi Investor



 http://cimg.antaranews.com/makassar/2011/09/ori/20110916gernaskakao160911-aco1a.jpg
Pada tulisan sebelumnya saya membahas tentang pengembangan zona pertanian untuk mencapai luas areal yang memenuhi skala ekonomi. Maka pada artikel kali ini saya mencoba membahas bagaimana langkah selanjutnya agar sebuah desa menjadi pusat pertumbuhan.
Seperti saya jelaskan untuk memilik daya tarik ekonomi sebuah desa harus memiliki sebuah komoditas yang bernilai secara bisnis. Ini tidak saja dinilai dari jenis tapi juga dari volume. Saya pernah menikmati kopi yang sangat lezat di daerah pegunungan di daerah Nusa Tenggara Barat. “Kopi ini sangat enak. Mengapa tidak dikelan di Indonesia”, komentar saya kepada seorang ketua kelompok tani.
Ia merespon sembari tersenyum. “Terlalu mahal kalau dijual keluar desa ini karena produksinya sedikit dan akses jalan ke kota juga tidak terlalu bagus. Jadi ya kopinya kami nikmati sendiri saja”.

Membangun Zona Pertanian di Desa



http://previews.123rf.com/images/santanor/santanor1210/santanor121000640/15753998-agriculture-in-Northern-of-Thailand-Stock-Photo.jpg
Mengacu UU No 12 tahun 1992 petani diberikan kebebasan untuk mementukan komoditas yang ditanam. Ini ditafsirkan bahwa pemerintah tidak bisa secara sepihak komoditas yang wajib ditanam oleh masyarakat. Hal ini bagi pengamat di masa lalu simbol dari pemerintah yang otoriter dan wujud lain penjajahan.
Namun setelah saya terlibat langsung dalam pengembangan wilayah pedesaan saya akhirnya menyadari bahwa penetapan zoning untuk komoditas tertentu itu perlu. Hanya dengan demikian skala ekonomi bisa dicapai.
Bayangkan sebuah desa dijadikan basis pengembangan buah mangga. Sehingga di wilayah tersebut terdapat ribuan ha mangga dan setiap musim panen ribuan ton buah dihasilkan. Dampaknya,  pemusatan tersebut akan menarik trader, atau investor yang ingin membangun gudang atau industri pengolahan. Ekspotir mungkin juga akan membuka kantornya di situ dan membangun ruang penyimpanan. Sehingga mendorong terciptanya ekonomi pedesaan.

Do Not Sell Cocoa Farmers



https://humandignityco.files.wordpress.com/2014/09/sold-out.png
There are many parties, deliberately or not, make the farmers the commodity. Let us see in several elections. The society group that become the priority of the candidates in the agriculture-based areas is farmers. Why?
1.                  Farmers are the majority
2.                  Farmers are associated with poverty
3.                  Farmers are the ones most easily manipulated
There will always be emotional effect in each saying mentioning “farmers”.
We are the advocate of “farmer”
We are the friends of “farmers”
We are pro “farmers”
As if those sayings become the most effective mantra that can gain farmers’ vote. Yet, after getting the position, the farmers’ lives do not become better. They are forgotten. But ironically, this modus repeated again and again.
The same goes to the cocoa farmers. Many parties accomodate the cocoa farmers to get more benefits. I often heard the information that numerous companies or NGOs directly foster the cacao farmers. If you read the report on their activities, it will appear as though what they are doing are extraordinary.
In a paper that I read I found that there was a company claimed to have supported thousands of farmers in Ivory Coast to give them better lives. Various trainings are given. The company helped the farmers to get the market (in terms that the company is willing to buy their cacao beans that they actually needed and they assumed that a form of kindness). “We have helped thousands of farmers”, is their claim stated in their official website.