Begini Cara Membangun Desa


 
Salah satu butir Nawacita pemerintah Jokowi-JK adalah membangun Indonesia dari pinggiran yang dipahami bahwa pemerintah akan memberikan perhatian pada pembangunan desa. Upaya nyata sudah terlihat dari geliat pemerintah dalam pembangunan infrastruktur di daerah-daerah terpencil dan mengalokasi dana untuk pembangunan desa.
Hanya saja ada banyak hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan desa. Bahwa membangun desa tidak semata-mata memindahkan sarana fisik namun juga membutuhkan sebuah mindset yang tepat dalam pendekatannya. 
Membangun Desa Berbasis Agribisnis
Desa harus dipahami sebagai pemusatan sumber daya. Disana terdapat sumber kekayaan alam terutama lahan serta menjadi pemusatan penduduk. Hanya sayangnya wilayah pedesaan juga merupakan kantung-kantung kemiskinan. Dalam kaitan dengan desa, wilayah pedesaan dapat dianggap sebagai hinterland  atau  daerah  pemberi  bahan  makanan  pokok  seperti  padi,  ketela, jagung, ketela, disamping bahan makanan lain seperti kacang, kedelai, buah-buahan dan bahan makanan yang berasal dari hewan. Desa juga berfungsi  sebagai lumbung  bahan  mentah  ( raw  material)  dan  tenaga  kerja  (man  power)  yang tidak  kecil  artinya.  Ketiga,  dari  sedi  kegiatan  kerja  (occupation)  desa .
Membangun desa menurut hemat penulis harus memprioritaskan pada sektor yang mampu menyerap tenaga kerja di pedesaan, salah satunya sektor pertanian. Hanya saja, ada beberapa Pemerintah Daerah yang mengubah wajah desa menjadi kawasan industri atau tambang, namun karena tidak terkait dengan potensi wilayah setempat sehingga kurang berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat setempat, dan tidak jarang berakhirnya pada konflik sosial.
Pengembangan pertanian di pedesaan harus dilakukan dengan perpektif agribisnis, dimana produk pertanian yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan pasar dengan melibatkan keterkaitan sub sektor on farm dengan sub sektor penyediaan input, pasca panen, pemasaran untuk menghasilkan produk yang kompetitif. Melalui pendekatan agribisnis maka orientasi pengelolaan pertanian tidak melulu meningkatkan produksi semata namun diarahkan agar sesuai kebutuhan pasar, dengan tingkat harga kompetitif. Sementara apa yang dimaksud kebutuhan pasar tidak saja mencakup pasar lokal namun juga global.

Sehingga dalam pembangunan desa, pemerintah daerah harus mampu bertindak lokal namun berpikir secara global. Hal ini yang dilakukan sejumlah pemimpin daerah yang sukses membangun wilayah pedesaan di daerahnya. Sebut saja Bupati Bantaeng, Prof Nurdin, yang membangun hortikultura dengan target memenuhi pasar Jepang. Demikian mantan Gubernur Gorontalo , Ir. H. Fadel Muhammad, yang mengembangkan jagung dengan melihat potensi wilayahnya dan kebutuhan pasar untuk jagung yang besar di dalam dan luar negeri.
Mengutip pendapat Profesor Bungaran Saragih, bahwa nilai komoditas pertanian tidak ditentukan pada on farm melainkan off farm. Sehingga pembangunan pertanian di pedesaan harus dilakukan dengan menyinergikan berbagai aspek mulai dari pemasaran, penyediaan sarana.
Dari pengalaman penulis dalam membangun  pedesaan di Sulawesi Barat terdapat peluang mengembangkan industri dan pertambangan. Namun mengingat lebih dari 60 % penduduk di Sulawesi Barat menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian khususnya perkebunan, maka Pemerintah Daerah Sulbar memilih menjadikan pertanian menjadi fokus.
Namun dalam perspektif agribisnis, untuk menghadirkan produk pertanian yang berorientasi pasar maka Sulawesi Barat memfokuskan pada pengembangan tanaman kakao. Langkah selanjutnya untuk meningkatkan value petani maka Pemda berusaha membantu petani mendapatkan akses terhadap sarana produksi seperti pupuk dan bibit bermutu bersumber dari APBD maupun APBN. Sementara mendorong perbaikan mutu para petani mendapatkan pendampingan dari penyuluh dan tenaga lapang yang disediakan oleh Pemda maupun LSM asing dan luar negeri. Sehingga pasca berbagai program yang dilaksanakan di Sulawesi Barat yang fokus pada pengembangan kakao maka produktivitas kebun masyarakat meningkat. Sementara untuk meningkatkan daya saing produk maka pemda melakukan perbaikan infrastruktur  serta jaminan pasar dimana Pemda memfasilitasi pemasaran hasil perkebunan rakyat khususnya yang bermutu tinggi.
Ternyata pendekatan tersebut memberikan efek yang positif terhadap pembangunan wilayah Provinsi Sulawesi Barat. Terbukti selama 5 tahun terakhir Sulawesi Barat berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi di atas pertumbuhan rata-rata nasional, yakni 8,73  persen pada  tahun  2014 sementara pertumbuhan nasional 5,9  persen. Sementara ditinjau dari tingkat  pengangguran  terbuka dari tahun  2008-2015  cenderung berkurang,  dan berada  di  bawah  rata -rata  tingkat  pengangguran  nasional, yakni 1.81 persen pada tahun 2015
Bagaimana Seharusnya Membangun Desa
Berdasarkan pengalaman penulis membangun desa tetap harus berfokus pada sektor pertanian dengan pertimbangan sebagian besar masyarakat bergantung pada sektor tersebut. Hanya saja pembangunan pertanian harus bergerak dari subsistem ke arah pengembangan pertanian berbasis agribisnis.
Saat ini upaya sektor pertanian masih bersifat instan, sekedar memberikan bantuan sarana produksi tanpa adanya upaya tindak lanjut untuk menciptakan daya saing komoditas pertanian. Pemerintah daerah harus melakukan identifikasi potensi desa dan menetapkan sebuah desa sebagai sebagai kawasan penghasil produk pertanian bermutu tinggi dengan target pasar yang sudah ditentukan sejak awal dan pengembangannya di susun dalam roap map yang terarah sehingga bantuan yang diberikan sesuai kebutuhan wilayah dan berorientasi daya saing.
Lalu langkah selanjutnya adalah memberikan bantuan sarana produksi untuk meningkatkan produktivitas sehingga mendorong penurunan harga pokok produksi. Bagaimana subsidi pemerintah tidak semata-mata dipahami sekedar bantuan kepada petani namun upaya meningkatkan daya saing karena ada biaya produksi yang ditanggung oleh pemerintah. Ingat, harga produk-produk impor dari negara tetangga seperti beras atau gula tidak mencerminkan biaya produksi sebenarnya karena termuat subsidi pemerintah.  Strategi selanjutnya tentu membangun infrastruktur dalam kaitan menekan biaya transportasi sehingga meningkatkan daya saing produk pertanian dari wilayah pedesaan.
Sementara untuk SDM pemerintah daerah harus mendorong peningkatkan  pengetahuan dan keahlian. Ini bisa melibatkan penyuluh atau aktivitas yang dilakukan perusahaan. Dengan meningkatkan akses terhadap sarana produksi, peningkatkan produksi serta mutu serta ditunjung infrastruktur yang memadai dan kemampuan SDM yang memadai maka pembangunan desa dapat diwujudkan.
Dari pendekatan di atas hal yang berbeda adalah bagaimana membangun pertanian dengan berbasis pada pengembangan kawasan, daya saing dan berorientasi pasar. Sementara ini yang sering terjadi bantuan pemerintah seringkali semata-mata membagikan sarana produksi tanpa sebuah tujuan yang jelas dan terarah. Saat desa menjadi kawasan pengembangan pertanian terpadu dengan outputnya adalah hasil pertanian yang memiliki daya saing maka hal tersebut akan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga mendorong perkembangan ekonomi wilayah. Sehingga pada akhirnya tujuan dari pemerintah Jokowi membangun Indonesia dari pinggiran dapat tercapai.

No comments:

Post a Comment