Menjadikan Desa Seksi Bagi Investor



 http://cimg.antaranews.com/makassar/2011/09/ori/20110916gernaskakao160911-aco1a.jpg
Pada tulisan sebelumnya saya membahas tentang pengembangan zona pertanian untuk mencapai luas areal yang memenuhi skala ekonomi. Maka pada artikel kali ini saya mencoba membahas bagaimana langkah selanjutnya agar sebuah desa menjadi pusat pertumbuhan.
Seperti saya jelaskan untuk memilik daya tarik ekonomi sebuah desa harus memiliki sebuah komoditas yang bernilai secara bisnis. Ini tidak saja dinilai dari jenis tapi juga dari volume. Saya pernah menikmati kopi yang sangat lezat di daerah pegunungan di daerah Nusa Tenggara Barat. “Kopi ini sangat enak. Mengapa tidak dikelan di Indonesia”, komentar saya kepada seorang ketua kelompok tani.
Ia merespon sembari tersenyum. “Terlalu mahal kalau dijual keluar desa ini karena produksinya sedikit dan akses jalan ke kota juga tidak terlalu bagus. Jadi ya kopinya kami nikmati sendiri saja”.

Jadi mutu saja tidak cukup. Komoditas perlu dikembangkan untuk mencapai volume yang menarik secara bisnis. Itu sebabnya menurut saya angka luasan minimal untuk membangun sebuah zona pertanian adalah  paling sedikit 1.000 ha (ini angka perkiraan tentu saja perlu ada kajian luasan minimal untuk masing-masing komoditas pertanian). Misalnya di kakao, dengan asumsi produktivitas 1 ton/ha maka produksi total 1000 ton jelas angka yang menarik buat trader atau pabrik.
Oleh sebab itu jika ada daerah yang tengah mengembangkan sebuah komoditas di sebuah desa, sebaiknya dikembangkan hingga mencapai angka 1000 ha. Lalu tidak hanya luasannya yang ditambah, produktivitasnya juga harus relatif cukup tinggi.
Ketika suatu daerah sudah memiliki luasan areal dan produksi yang menarik secara bisnis maka strategi selanjutnya adalah membangun infrastruktur seperti jalan,  instalasi listrik dan jika perlu adalah pelabuhan.  Maka ini akan menarik investor, karena hasil panen yang begitu besar akan mudah dikirimkan ke pusat pengolahan.
Saya percaya ketika sebuah desa memiliki luasan areal pertanian yang telah memenuhi skala usaha, terdapat jalan yang bagus mulai dari jalan utama hingga jalan produksi, terdapat pelabuhan yang dekat dengan zona pengembangan, sarana listrik tersedia memadai, maka ini menjadi kawasan yang seksi buat investor. Mustahil tidak ada investor yang bersedia membangun gudang, kantor bahkan industry pengolahan di tempat itu. Jika itu terjadi maka dampaknya adalah perputaran uang di daerah itu meningkat. Ini sama kasusnya dengan daerah yang terdapat pabrik pengolahan kelapa sawit, dimana setiap hari uang yang beredar bisa mencapai Rp. 4 Milyar dari transaksi penjualan tandan buah segar (TBS).
Masalahnya selama ini pemerintah daerah banyak yang membangun daerahnya hanya berorietasi proyek tanpa perencanaan yang jelas.  Tidak jarang bantuan penyebar di tempat yang berbeda dan tidak mampu membangun zona ekonomi. Lalu daerah yang sudah memiliki luas areal yang memadai tidak dilengkapi infrastrutur yang memadai. Sehingga ketika program bantuan berlalu daerah tersebut tetap saja tidak seksi di mata investor.

No comments:

Post a Comment