Beruntunglah Indonesia Masih Punya Desa



http://sinarharapan.net/wp-content/uploads/2016/04/desa-sejahtera-mandiri.jpg
Saya kadang, setiap kali melihat kota yang maju di Jawa atau di luar negeri, mendadak punya ide untuk menjadikan desa mendadak berwajah kota.  Bangun hotel mewah, perumahan atau juga industri. Biar telihat desa di Sulbar maju.
Namun baru-baru ini saya menyaksikan tayangan "Vice",  film dokumenter yang memberikan kritik sosial di stasiun jaringan Fox, yang menggambarkan bagaimana India saat ini kesulitan mencari air bersih. Wajah kota yang saya saksikan begitu menyuramkan. Sanitasi mengerikan. Sungai begitu kotornya. Got-got tidak hanya menyalurkan limbah rumah tangga namun juga menggantikan fungsi septic tank.
Pada acara yang sama di kesempatan yang berbeda saya juga menyaksikan bagaimana modernitas di sektor pertanian telah memberikan dampak lingkungan yang buruk. Produk makanan  yang dihasilkan memiliki dampak buruk terhadap kesehatan. Acara tersebut menyanjung bagaimana pertanian organik adalah sesuatu pilihan.
Sementara setiap kali saya berkunjung ke Eropa, mereka berusaha mempertahankan bangunan  tua mereka. Sehingga masyarakatnya serasa masih hidup 100 tahun silam. Mereka tidak ingin bergerak terlalu cepat. Suatu kali saya bertanya seorang warga, lalu ia menjawab bahwa bangunan ini mempertahankan memori masa lalu mereka tentang Eropa yang harmonis,  lebih manusiawi. “Saat ini kami menghabiskan waktu kami untuk bekerja dan bekerja”.

Saya kembali membayangkan desa di Sulbar. Tidak kesulitan air.  Air bersih bisa didapatkan kapanpun, bahkan mampu menyupply kebutuhan air di Palu, atau Mamuju. Lingkungan terjaga dan asri. Udara segar. Masyarakatnya sangat manusiawi, saling mengenal, mempunyai banyak waktu untuk bersosialisasi. Hutan menyupply udara segar bagi kota. Pemandangan masih indah. Pantai yang biru dan bebas polusi.
Saat itulah saya sadar desa memiliki kelebihannya sendiri tanpa harus kita melekatkan standar dari tempat lain. Kita harus bersyukur masih memiliki desa yang bisa menyupply air bersih, hasil pertanian, udara segar, menyimpan indahnya pemandangan alam. Dan.. petani kita masih menghasilkan makanan kita dengan cara-cara yang organik.
Namun tentu saja kita tidak bisa membiarkan desa begitu saja. “Kan sudah bagus”, begitu alasan kita. Tetap saja kita harus membangun desa. Jangan biarkan desa jadi kantung kemiskinan. Namun harus juga sejahtera dalam kondisi  yang harmonis.
Saya membayangkan seperti desa-desa di Bali. Asri, ya. Sejahtera, ya. Masyarakat sejahtera karena mengandalkan kreativitas dan kekayaan alamnya. Meskipun banyak dikunjungi orang asing tidak serta merta desa di Bali menjadi kebarat-baratan. Dan itu juga yang membuat banyak orang asing  ke Bali, ingin menikmati masa lalu ketika tempat mereka dahulu seperti desa.
Beruntunglah kita masih punya desa.

No comments:

Post a Comment