Lebaran Sosiologis dan Lebaran Spiritual



http://ehookcrook.com/wp-content/uploads/2015/09/Download_Eid_Mubarak_Images_HD_20151.jpg
Setiap orang dewasa memiliki pengalaman lebaran yang penuh makna. Ya, saya masih bisa mengingat bagaimana saya merasakan kegembiraan saat merayakan lebaran. Ada makan yang lezat. Bercengkrama bersama sanak saudara.  Ini adalah memori masa lalu yang saya yakin tersimpan dengan rapi dalam alam bawah sadar setiap orang yang merayakan lebaran setiap tahunnya, sehingga hari penuh suka cita tersebut selalu dinanti dengan penuh kegembiraan.
Dahulu pengalaman ini saya anggap sesuatu yang biasa. Namun ketika saya beranjak dewasa bahkan menjadi sepuh, keinginan mengalami pengalaman lebaran yang penuh kebahagiaan semakin besar. Momen tersebut menjadi sangat bermakna. Waktu yang paling berharga adalah saat bisa berkumpul bersama keluarga. Apalagi dengan kesibukan saya sebagai pejabat negara waktu bersama keluarga menjadi sangat langka.
Bagi saya lebaran adalah sesuatu yang indah ketika seolah melahirkan kegembiraan yang sama seperti saat ayah saya memberikan pakaian baru, sepupu saya dari jauh hadir dan kami menghabiskan waktu bermain di pinggir pantai serta pengalaman tak terlupakan mendapatkan hadiah dari sanak saudara. Sesuatu yang telah terjadi puluhan tahun yang lalu, Pengalaman yang kini seolah hadir kembali dalam kesadaran saya bahkan ketika saya telah menjadi ayah atau kakek.
Itu hal yan dialami jutaan penduduk Indonesia dan menjadi alasan mengapa mereka bersedia berjuang menghadapi kemacaten, menembus kepadatan manusia sekedar bisa berkumpul bersama keluarga. Tidak lain merasakan kembali kebahagian itu .   Hanya orang yang tidak mengalami masa kecil yang indah dan pengalaman lebaran yang membekas yang tidak merasa perlu merayakan hari istimewa ini. Dan inilah makna sosiologis serta psikologis dan lebaran.

Makna sebenarnya
Namun ketika saya mencoba memahami makna ramadhan dan lebaran dalam arti yang sesungguhnya maka kegembiraan saya menjadi sempurna. Hampir di semua agama besar tradisi puasa dikenal sebagai jalan meraih pengalaman spiritual.
Anda tidak bisa bertemu dengan Tuhan yang sempurna jika kita tidak membersihkan hati kita, pikiran kita, perilaku kita. Kita harus mampu membebaskan diri kita pada sesuatu yang imanen agar dapat mencapai yang transcendent.  Pengalaman bertemu dengan Tuhan adalah pengalaman spiritual puncak yang juga dialami para nabi, para tokoh Islam di masa lalu yang memberikan kekuatan militansi dalam diri mereka.
Jadi beruntunglah jika kita bisa mengalami bulan suci Ramadhan dimana kita bisa berkontemplasi. Membebaskan diri kita dari hambatan kedagingan untuk mencapai pengalaman spiritual. Sehingga ketika merayakan Lebaran maka kita mengalami kemenangan dalam arti sesungguhnya. Kita menjadi suci ketika telah bertemu dengan  Yang Maha Suci.
Dengan berpuasa kita akan berakhir pada sebuah titik terlemah. Bukankah dalam kesusahan sebagian besar orang akan mengingat Tuhan. Saat lemas, lapar dan dahaga manusia  kehilangan kekuatan diri yang membuatnya berpaling pada kekuatan lain, dalam hal ini yang ilahi. Lalu ketika Anda bertemu dengan Tuhan maka saya tidak perlu jelaskan bagaimana kebahagiaan yang seharusnya Anda nikmati.
Jadi saat kita merayakan lebaran, tentu saya berharap kita menikmati kebahagian secara sosiologis maupun spiritual.  Meskipun selalu berulang, namun bulan suci ramadhan selalu memiliki makna yang istimewa yang membawa kita pada pengalaman yang unik setiap tahunnya.
Selama merayakan hari kemenangan. (@anwaradnan)

No comments:

Post a Comment